Salah satu strategi dalam berinvestasi di surat berharga adalah dengan cara menyusun portofolio saham. Penyusunan portofolio tersebut dilakukan demi memperoleh return investasi yang sesuai dengan keinginan investor.
Pada dasarnya, setiap investor memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap investasi yang dilakukannya. Hal itulah yang membuat portofolio saham antara investor satu akan berbeda dengan portofolio saham dari investor lainnya.
Penyusunan tersebut juga berkaitan dengan preferensi risiko dari masing-masing investor. Untuk mengetahui menentukan portofolio saham yang baik, silakan simak pembahasan singkatnya di bawah ini!
Cara Menyusun Portofolio Saham dengan Baik
Dalam penyusunan portofolio saham, tidak ada standar yang harus diikuti oleh setiap investor. Pasalnya, pembentukan portofolio saham akan bergantung pada kepribadian dan preferensi risiko dari investor bersangkutan.
Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun portofolio saham yang tepat, silakan simak beberapa poin berikut ini:
1. Menentukan Tujuan Utama Investasi
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum membentuk portofolio saham adalah menentukan tujuan investasi. Apakah nantinya investasi tersebut akan dimanfaatkan untuk jangka pendek atau panjang.
Beberapa tujuan yang umum dimiliki oleh investor adalah sebagai biaya pendidikan anak dalam 10-15 tahun mendatang, sebagai bekal hidup di hari tua, renovasi rumah, dan berbagai tujuan lain yang ingin dicapai.
2. Menyesuaikan Preferensi atau Profil Risiko
Seperti kita ketahui, investasi saham adalah jenis investasi yang berisiko sehingga perlu disesuaikan dengan profil risiko investornya. Hal ini bersifat personal sehingga hasilnya akan berbeda-beda untuk setiap orang.
Secara umum, ada 3 tipe investor dalam menyusun portofolio sahamnya berdasarkan preferensi risikonya. Ketiga tipe investor tersebut adalah sebagai berikut:
- Tipe Konservatif: Investor tipe ini lebih cenderung bermain aman, yaitu dengan menempatkan asetnya pada sektor yang tidak terlalu berisiko. Umumnya, persentase portofolionya adalah 60% deposito, 15% tabungan bank, dan hanya 5% untuk saham.
- Tipe Moderat: Untuk tipe ini, investor cenderung seimbang dalam menempatkan asetnya baik di sektor yang berisiko atau di sektor lebih aman.
- Tipe Agresif: Seorang investor dengan tipe agresif akan lebih berani dalam menghadapi risiko yang mungkin ditimbulkan. Hal itu berpengaruh pada alokasi asetnya yang umumnya terdiri dari 50% saham, 20% obligasi, dan hanya 20% deposito.
3. Melakukan Rekonstruksi Portofolio Berkala
Cara menyusun portofolio saham berikutnya adalah dengan rutin melakukan rekonstruksi portofolio. Hal ini perlu dilakukan karena aset yang tersusun dalam portofolio tersebut bisa saja memiliki volatilitas yang tinggi.
Kita harus selalu mengevaluasi portofolio yang sudah dibuat sebelumnya secara berkala. Idealnya, evaluasi bisa dilakukan antara 6-12 bulan sekali. Nantinya, Anda bisa memutuskan perlu tidaknya mengubah proporsi pada portofolio tersebut.
4. Melakukan Diversifikasi
Selanjutnya, cara menyusun portofolio saham juga bisa dilakukan dengan membuat diversifikasi. Diversifikasi sendiri adalah memecah kembali portofolio pada kategori yang sama sehingga menghasilkan persentase ideal.
Jika Anda telah mengalokasikan 30% aset ke dalam saham, maka Anda masih bisa memecahnya lagi menjadi beberapa saham berbeda. Misalkan Anda membaginya menjadi 15% di sektor perbankan, 8% di sektor properti, dan 7% di sektor teknologi.
Dengan cara untuk menyusun portofolio saham seperti ini, risiko kerugian dari satu saham bisa dikompensasi oleh keuntungan saham lainnya. Nantinya, keseluruhan portofolio diharapkan bisa menghasilkan return optimal.
Berinvestasi di sektor saham memang dibutuhkan strategi khusus untuk bisa menghasilkan return yang optimal, salah satunya adalah dengan menyusun portofolio. Silakan ikuti cara menyusun portofolio saham di atas sebagai panduannya.